Jakarta, Suaramerdekanews.com, 28 Oktober 2025, Bahasa Indonesia memainkan peran penting sebagai bahasa kebangsaan di Indonesia. Demikian pula halnya dengan bahasa Melayu yang berperan penting sebagai bahasa kebangsaan di Malaysia dan Brunei Darussalam. Sebagai bagian dari sejarah dan identitas kawasan, kedua bahasa ini telah lama menjadi medium komunikasi, transmisi nilai, dan pengikat kebudayaan serumpun. Di tengah dinamika global yang kian terintegrasi, keduanya juga memiliki potensi besar sebagai sarana diplomasi budaya, penguatan identitas regional, serta kerja sama antarbangsa yang berlandaskan nilai-nilai lokal.

Mabbim (Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia) merupakan forum kerja sama kebahasaan yang lahir dari semangat penyamaan visi linguistik serantau. Sejak awal berdirinya pada 1972 (awalnya MBIM), hingga kini Mabbim telah menjadi lembaga rujukan dan koordinasi dalam berbagai kebijakan, penyusunan istilah, pengembangan tata bahasa, dan pelestarian bahasa negara anggota. Dalam konteks politik dan budaya kawasan, Mabbim menegaskan pentingnya posisi bahasa sebagai instrumen integrasi dan kedaulatan intelektual yang tak dapat dipisahkan dari misi kebangsaan ketiga negara.

Indonesia, sebagai tuan rumah Sidang Pelindung dan Seminar Antarbangsa Mabbim 2025, memegang tanggung jawab historis sekaligus strategis untuk menyatukan arah baru kerja sama ini. Sidang Pelindung, yang terakhir digelar hampir dua dekade lalu, menjadi panggung penting untuk merekatkan kembali visi bersama antarpemimpin sektor pendidikan dan kebudayaan dari ketiga negara anggota. Sementara itu, seminar kebahasaan antarbangsa dirancang sebagai ajang intelektual dan diplomatik untuk merumuskan langkah konkret internasionalisasi bahasa kebangsaan.

Urgensi kegiatan ini tidak hanya terletak pada dimensi kultural dan ilmiah, tetapi juga pada posisi strategis bahasa dalam geopolitik kawasan. Di tengah meningkatnya dominasi bahasa global dan kekuatan teknologi digital, keberadaan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu perlu diperkokoh sebagai bahasa ilmu pengetahuan, bahasa komunikasi resmi ASEAN, dan bahasa budaya di panggung dunia. Melalui Mabbim, ketiga negara memiliki peluang untuk membentuk ekosistem kerja sama yang tangguh, inklusif, dan relevan bagi generasi mendatang.

Dengan mengusung tema “Peranan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu dalam
Diplomasi dan Hubungan Antarbangsa”, seminar ini tidak hanya bertujuan untuk mempertemukan pemangku kepentingan kebahasaan, melainkan juga menjadi ajang penyatuan tekad politik dan akademik. Diharapkan juga Pelindung dan Seminar Antarbangsa Mabbim 2025 mampu melahirkan “Pernyataan Bersama” yang mencerminkan visi kebahasaan kawasan yang berwibawa dan berdaya saing global.