Jakarta, Suaramerdekanews.com, 20 Januari 2023 – Perubahan iklim telah berdampak serius pada sistem produksi pertanian maupun peternakan, sehingga mempengaruhi tingkat ketahanan pangan nasional. Salah satud dampaknya adalah pada sistem produksi unggas petelur, dimana gelombang panas yang diikutidengan cuaca yang tidak menentu dapat berdampak buruk bagi unggas, seperti penurunanp ertumbuhan, kesuburan, dan produksi telur, yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternakan. Selain itu, stres panas yang muncul dapat memicu penyakit menular seperti Coryza dan Colibacillosis sehingga mengancam kesehatan dan meningkatkan kematian unggas.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan, diperkirakan akan terjadi peningkatan
suhu global, memaksa peternak ayam petelur untuk menghadapi dampak perubahan iklim
terhadap peternakannya. Diperkirakan pada tahun 2030, suhu akan meningkat sebesar 1,5°C.
Peternak juga menyaksikan perbedaan drastis antara suhu siang dan malam yang intens, yang
menyebabkan kerugian ekonomi pada peternak ayam petelur. Oleh karena itu, peternak harus
merencanakan praktik adaptasi iklim untuk memerangi dampak buruk dari perubahan iklim.

Di Indonesia, pada penelitian sebelumnya telah menunjukkan bagaimana peternak
ayam petelur mengalami cuaca dan kenaikan suhu yang tidak dapat diprediksi, yang memaksa
peternak untuk menerapkan beberapa teknik adaptasi, seperti penggunaan penahan angin untuk
meminimalkan paparan panas ayam, modifikasi pakan dan kandang.

Dengan support Rabo Foundation, Edufarmers sebagai salah satu yayasan yang
bergerak di sektor pertanian, peternakan, riset dan edukasi, melakukan riset terkait
implementasi praktik bertani pintar dalam memitigasi dan beradaptasi terhadap perubahan
iklim pada peternakan ayam yang ada di Blitar.
Dengan hasil laporan yang didapat, Edufarmers berinisiatif mengadakan Media
gathering dan Talkshow yang bertujuan untuk mensosialisasikan praktik bertani pintar dalam
memitigasi dan beradaptasi terkait perubahan iklim khususnya terhadap peternakan ayam
petelur sekaligus mengundang pembicara dari sektor pemerintah, universitas, NGO untuk
berdialog mengenai isu perubahan iklim yang memberi dampak pada peternakan unggas dari
sudut pandang masing – masing lembaga.

Kegiatan media gathering dan talkshow yang diadakan pada hari Rabu 18 Januari 2023
diikuti kurang lebih 20 media nasional, dengan tema “Praktik Pertanian Cerdas Untuk
Peternakan Layer Demi Terwujudnya Sektor Pertanian yang Resilien Terhadap PerubahanMenurut COO Edufarmers, Amri Ilmma, untuk memitigasi masalah perubahan iklim
tidak bisa dicapai hanya dengan semangat satu organisasi saja, tetapi harus ada sinergi dari
semua pihak, khususnya rekan-rekan media.
“Perlu adanya permodalan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan untuk
membentuk peternakan yang kuat agar produktivitas ternak tetap terjaga. Kita melihat
perubahan iklim mulai nampak ke produktivitas sehingga awareness-nya perlu diperhatikan
secara intensif,” ujar Diva Tanzil selaku Impact Finance Consultant Rabo Foundation.

Disisi lain Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. selaku Guru Besar Fakultas Peternakan IPB
University (Institut Pertanian Bogor) mengatakan bahwa “Dalam menghadapi dampak
perubahan iklim pada sektor peternakan kunci utamanya adalah pada komposisi bahan pakan.
Kita harus membenahi pakannya agar seimbang dan tidak mengeluarkan suhu panas tubuh,
tetapi tetap efisien,”
Pernyataan ini juga didukung oleh Iqbal Alim, S.Pt selaku Koordinator Unggas dan
Aneka Ternak Kementerian Pertanian RI. “Kita yang harus mendatangi sumber pakan.
Persebaran pakan perlu tersebar merata, jangan hanya melihat potensi peternak di pulau Jawa
saja.

Di Indonesia terkait dengan perubahan iklim dan kaitannya dengan pakan, perlu
dikembangkan secara merata dan menyeluruh dari hulu sampai hilir. Kita perlu
mengembangkan potensi peternakan terutama di wilayah timur Indonesia,” ujarnya.

Edufarmers sendiri sebagai mitra pelaksana dalam riset praktik bertani pintar dalam
memitigasi perubahan iklim khususnya terhadap peternakan ayam petelur menemukan fakta
bahwa “Peternak di Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim edukasinya masih
minim dan masih berorientasi dengan profit serta produktivitas. Perlu ada edukasi bagi
peternak dan cara untuk mendorongnya yaitu dengan adopsi dalam menghadapi perubahan
iklim. Kita harus melihat dari sisi peternakan bagaimana kontribusi terhadap peternak lebih
hijau dan tidak harus bersebarangan, justru dapat beriringan.

Sementara yang dapat dilakukan
peternak untuk menghadapi perubahan iklim dengan mengatur kandang sedemikian rupa
sehingga mereka dapat memanfaatkan pangan sesedikit mungkin dan cost-nya semakin rendah
untuk menghasilkan jumlah telur yang sama besarnya,” ungkap Ignatius Egan Jonatan selaku
Head of Product Edufarmers.
Selain itu, Talkshow pada hari ini dibuka dengan pemaparan pencapaian dan dampak
yang telah Edufarmers raih sepanjang tahun 2022.

“Program Bertani Untuk Negeri yang merupakan program unggulan Edufarmers telah
diikuti oleh lebih dari 500 peserta mahasiswa aktif jurusan pertanian dan peternakan di
Indonesia. Program ini telah mendampingi lebih dari 1.300 petani dan peternak dari berbagai
wilayah di Indonesia. Setelah mengikuti program Bertani Untuk Negeri, terlihat adanya
peningkatan hard-skill serta soft-skill pada peserta. Selain itu para petani dan peternak
dampingan juga terlihat ada kemajuan dalam segi implementasi praktik bertani dan beternak
ke arah yang lebih baik, sehingga mereka dapat meningkatkan manajemen, produktivitas, dan
pendapatannya, ” pungkas Amri dalam acara Media Gathering Edufarmers.

Talkshow ini ditutup oleh Edufarmers dengan mengumumkan pembukaan
program andalannya yaitu Bertani Untuk Negeri batch 6. Program Bertani Untuk Negeri
(BUN) adalah program yang menargetkan mahasiswa dan mahasiswa di bidang pertanian dan
peternakan minimal semester 6 untuk terjun langsung ke lapangan mendampingi petani danpeternak kecil di Indonesia.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan regenerasi
petani dan peternak serta meningkatkan produktivitas pertanian dan peternak di Indonesia.
Harapannya mahasiswa/i yang bergabung dapat mentransfer ilmu yang sudah mereka dapat
serta dapat menciptakan ruang diskusi untuk belajar bersama.

Pendaftaran program BUN telah
dibuka dari bulan Desember 2022 dan rencana akan tutup pendaftaran di tanggal 26 Januari
2023. Untuk informasi lebih lanjut silakan kunjungi www.edufarmers.org atau instagram
@edufarmers & @bertaniuntuknegeri.
Menyadari banyaknya potensi dan peluang di sektor agritech, Edufarmers akan
menyelenggarakan konferensi agritech bernama Agrinnovation Conference pada 15 Maret
2023. Yos Fahleza Rahmatullah, selaku Head of Business and Channel Development
mengatakan bahwa acara ini akan menghadirkan sejumlah praktisi dari lembaga pemerintahan,
agritech, modal ventura, serta komunitas pertanian. Agrinnovation Conference ini akan
menjadi wadah bagi para pemain di ekosistem agrikultur dan teknologi untuk membahas topik
terkait masalah yang selama ini terjadi di lapangan, kiat sukses bagi startup – startup unicorn
dalam mendapatkan pendanaan, serta menjadi wadah untuk para peserta mendapatkan relasi
bisnis.

Acara ini akan diselenggarakan secara gratis dan dibuka untuk umum. Untuk informasi
lebih lanjut silakan kunjungi https://www.agri-conference.com/
Acara ditutup dengan foto dan makan malam bersama.