Jakarta — Suaramerdekanews.com, 25 Oktober 2021, Pameran Apkasi Otonomi Expo 2021 menciptakan gairah baru di pasar ekonomi daerah dan nasional meski pandemi masih melanda. Lain dari pada itu event ini juga menjadi ajang mempromosikan komoditi, investasi dan pariwisata di daerah.
Dalam kesempatan itu, Pemkab Majalengka turut ambil bagian dengan menampilkan produk industri kerajinan (craft) rotan, hasil bumi seperti, Mangga gedong gincu dan Madu.
Koordinator UMKM Pemkab Majalengka, Edi Suwardi menjelaskan, industri kreatif rotan yang ada saat ini sebanyak 7.000 pengrajin di Kabupaten Majalengka, dengan distribusi penjualan ekspor sampai keseluruh dunia seperti, Swedia, Belgia.
“Produknya seperti furniture, basket (keranjang) rotan yang hampir 100 kontainer perbulan,” kata Edi Suwardi saat ditemui awak media di Hall A Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (22/10).
Sedangkan produk hasil bumi yakni, Mangga Gedong Gincu, pasar penjualannya diwilayah kota – kota besar yang nantinya didistribusikan ke supermarket dan juga pasar -pasar besar lainnya seperti pasar Induk Kramat Jati dan lainnnya dengan jumlah pengiriman lebih kurang 20 ton permalam.
“Saya berharap dengan adanya pameran Apkasi Otonomi Expo ditahun mendatang tidak seperti keadaan yang masih pandemi, karena kita ingin juga memajukan UMKM di Majalengka,” ujar Edi Suwardi.
Seperti sudah diketahui bersama Kegiatan Apkasi Otonomi Expo 2021 menerapkan protokol kesehatan secara ketat yang diperuntuk bagi peserta pameran maupun pengunjung yang berpedoman pada panduan pelaksanaan protokol kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan atau CHSE.
Selain dari pada itu, produk unggulan dari Kabupaten Majalengka, yakni dengan mengembangkan bisnis produk madu dengan nama Madu Alam Barokah (MAB).
Muhidin sebagai pemilik usaha MAB menjelaskan, ciri khas madu MAB yakni menggunakan madu asli yang berasal dari jenis apis mellifera dan jenis apis dorsata.
Ia mengatakan, pemilihan madu tersebut melihat dari kebutuhan konsumen, serta permintaan dari perusahaan ekspor yang memiliki cita rasa perpaduan antara Madu Hutan Kalimantan dan Madu Sialang Jambi.
Terkait proses madu MAB, mengacu telah uji laboraturium secara berkala yang memenuhi standar SNI dan standar WHO. “Dengan pencampuran antara dua madu tersebut akhirnya menemukan rasa yang pas, dengan menurunkan 18 % sampai 19% kadar air dalam madu yang menggunakan alat vakum,” ujar Muhidin.
Maka dari itu produk madunya kini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri, namun juga diekspor ke negara tetangga, yaitu Singapura dan Arab Saudi dengan total Ekspor madu sekitar 16 ton per dua minggu atau 32 ton setiap bulan. Sedangkan untuk pasar lokal dimasa pandemi permintaan lebih kurang 10 ton.
Namun yang menjadi kendala terkait
kegiatan ekspor yang sampai saat ini masih bergabung dengan perusahaan eksportir lain, dikarenakan masih terkendala dalam mengurus dokumen perizinan ekspor yang diperlukan belum memenuhi syarat.
“Saya berharap dapat membina masyarakat luas yang ada di Indonesia untuk berternak (lebah madu), dan hasilnya bisa dikirim ke kita dan ini bisa mensejahterakan masyarakat,” pungkasnya.
Comments are closed for this post.