JAKARTA, Suaramerdekanews.com. Banyuwangi dulu terkenal dengan citranya sebagai kota santet. Selain itu, Banyuwangi juga dikenal sebagai kota transit, sehingga orang yang mengunjungi Banyuwangi jarang untuk menginap. Jumlah wisatawan pun minim dikarenakan budaya lokal belum dioptimalkan menjadi atraksi wisata.
Namun kini, wilayah di ujung timur Pulau Jawa ini telah bertransformasi menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Timur melalui Banyuwangi Festival. Sosok di balik transformasi masif ini adalah putra daerah Banyuwangi yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Mohamad Yanuarto Bramuda.
Bramuda, panggilan akrabnya, menginisiasi Banyuwangi Festival (B-Fest) untuk menjawab isu strategis pariwisata di Banyuwangi. Inovasi ini dapat diwujudkan atas dukungan Bupati Banyuwangi dan ASN Kab. Banyuwangi. “Banyuwangi festival tidak hanya sekadar atraksi semata, namun kita ingin menunjukkan bahwa pemerintah daerah ingin menjadi _driver of change_ bagi masyarakat agar lebih percaya diri menampilkan dan memasarkan segala potensi lokal yang dimilikinya,” ujarnya.
Banyuwangi Festival menumbuhkan budaya lokal yang awalnya ‘mati enggan, hidup tak mau’ menjadi sebuah atraksi wisata yang digemari dan digandrungi oleh para wisatawan. _Event_ yang diselenggarakan pada B-Fest merupakan _event based on local cultural heritage_, dimana setiap daerah atau desa yang ada di Banyuwangi harus berpartisipasi dalam B-Fest dengan mengedepankan budaya atau ciri khas dari masing-masing desa.
Keterlibatan semua desa dalam rangkaian acara B-Fest bertujuan agar tidak terjadi gap antar desa. Serta memberikan kesempatan kepada semua desa untuk memperkenalkan potensi daerah yang diharapkan dapat memberikan _commercial value_ ke depannya. “Banyuwangi Festival menampilkan nilai-nilai kultural dan komersil yang apik. Banyuwangi mampu menyeimbangkan antara nilai budaya dengan nilai komersil,” imbuh Bramuda.
Banyuwangi Festival mampu menghilangkan ego sektoral dan menciptakan ekosistem Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) karena festival dan _event_ yang diadakan oleh media internal pemerintah menjadi ajang koordinasi antar SKPD, kolaborasi dan bahu membahu demi terlaksana dan suksesnya festival. Juga sebagai _gate “soft diplomacy”_ untuk mendorong investasi di Kabupaten Banyuwangi tumbuh dan berkembang sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata mampu meningkat dan menyejahterakan masyarakat.
Bramuda mengungkapkan, Banyuwangi festival secara nyata mampu mendorong jumlah tujuan wisatawan yang semakin terus meningkat. Banyuwangi Festival juga menarik wisatawan untuk tinggal lebih lama sehingga uang yang berputar di sektor pariwisata semakin meningkat.
Hadirnya Banyuwangi festival mendorong pertumbuhan ekonomi di Banyuwangi. Hal ini terlihat dari peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 157,5 persen dari Rp 32,46 Triliun pada tahun 2010 menjadi 83,60 Triliun pada tahun 2019. Serta meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat dari 20,80 juta perorang pertahun pada tahun 2010 menjadi 51,80 juta perorang pertahun pada tahun 2019, selaras dengan penurunan kemiskinan dari 20,09 persen pada tahun 2010 menjadi 7,52 persen di tahun 2019.
Dimulai sejak tahun 2012 dengan 12 _event_, di tahun 2020 Banyuwangi Festival berkembang menjadi 123 _event_ yang terdiri dari _event_ olah raga, adat, seni dan budaya, kuliner, keagamaan, fashion yang diselenggarakan rutin setiap tahun. Pada tahun 2016, Banyuwangi mewakili Indonesia berhasil meraih predikat juara dunia kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan Bidang Pariwisata dalam ajang United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Awards For Excellence And Innovation In Tourism ke-12 di Madrid, Spanyol.
Kiprah Bramuda selama delapan tahun di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan pembangunan ekonomi daerah Banyuwangi melalui sektor pariwisata. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memiliki kesan tersendiri terhadap Bramuda.
Menurutnya, Bramuda adalah anak muda yang punya potensi untuk ikut menginisiasi dan mengeksekusi berbagai program, festival dan _event_ yang digelar di Banyuwangi. “Saya melihat sektor pariwisata ini butuh anak muda. Pak Bram menjadi bagian penting dalam program pengembangan pariwisata di Banyuwangi,” ungkapnya.
Di tengah pandemi Covid-19, Bramuda mengakui sektor pariwisata pun turut tergoncang. Oleh karena itu, Banyuwangi memerlukan strategi jitu, yaitu recovery sektor pariwisata. Salah satu langkah yang dilakukan adalah pengembangan aplikasi Banyuwangitourism App, sebuah aplikasi yang bisa menjawab kebutuhan wisatawan yang datang ke Banyuwangi (berisi informasi destinasi wisata, Banyuwangi Festival, tamu/kunjungan kerja, njajan atau kuliner, dll).
“Ke depan kita berharap pandemi segera berakhir, pariwisata Indonesia bangkit dan ekonomi rakyat dapat segera pulih. “Ayo datang ke Banyuwangi, anda pasti ingin kembali,” pungkas pria yang berhasil menjadi 10 Terbaik Pejabat Pimpinan Tinggi (PPT) Teladan dalam ajang Anugerah ASN 2020 yang diselenggarakan Kementerian PANRB. _*(del/HUMAS MENPANRB)*_
Comments are closed for this post.